Berbicara tentang kisah Baratayudha yang heroik, tentu akan sangat menarik jika mengetengahkan perseteruan antara Karna dan Arjuna. Meskipun terlahir dari rahim yang sama serta sama-sama dianugerahi kemampuan memanah yang mumpuni, mereka memilih jalan yang berbeda. Seperti yang telah kita tahu, Arjuna berjuang di pihak Pandawa sedangkan Karna lebih memilih setia membela Kurawa.
Bibit perseteruan di antara mereka bermula tatkala diadakan turnamen untuk menguji kemampuan para pangeran Astina dimana Arjuna berhasil keluar menjadi pemenang. Kemampuan olah senjata, terutama memanah yang ditunjukkan oleh Arjuna mampu membuat para penonton terkagum-kagum. Tanpa diduga di saat itulah muncul Karna yang menantang Arjuna untuk bertarung. Karena merasa tersinggung, Arjuna menerima tantangan tersebut.
Selama pertandingan, kedua ksatria tersebut menunjukkan kemampuan olah senjata yang mengundang decak kagum penonton. Kemampuan keduanya berimbang. Apa yang ditunjukkan Arjuna mampu diimbangi oleh Karna, begitupula sebaliknya. Oleh karena itu, Karna mengusulkan agar diadakan perang tanding dimana salah satu dari mereka harus mati agar diperoleh pemenang diantara keduanya. Durna yang mengetahui seluk-beluk perang menolak usulan tersebut karena kasta Karna yang dianggap lebih rendah dibandingkan Arjuna.
Sebelum perang Baratayudha berlangsung, baik Arjuna maupun Karna semakin giat memperdalam dan mengasah kemampuannya. Melihat kemampuan Karna, Batara Indra merasa khawatir anaknya Arjuna akan mati di tangan Sang Adipati Angga. Indra mengetahui bahwa anting dan baju besi Karna membuatnya tidak dapat dilukai senjata apapun. Ia pun menyamar menjadi seorang brahmana miskin yang meminta sedekah kepada Karna, tepat saat Karna hendak mandi. Sebenarnya Batara Surya telah memperingatkan putranya dalam mimpi bahwa Indra akan menyamar menjadi brahmana dan meminta kesaktiannya. Namun Karna yang terkenal murah hati tetap memotong antingnya dan menyerahkannya pada brahmana itu berikut baju besinya yang sudah dibawanya sejak lahir.
Merasa malu atas kemurahan hati Karna, Batara Indra memberikan senjata saktinya kepada pemuda itu.
Batara Indra berkata,"Engkau hanya bisa menggunakan senjata ini satu kali saja. Siapapun musuhmu, betapapun saktinya, dia akan menemui ajal. Tetapi ingat, begitu selesai kau gunakan, senjata itu akan kembali lagi kepadaku." Setelah berkata demikian, Batara Indra pun menghilang.
Kejadian yang merugikan Karna tidak berhenti disitu saja. Ketika belajar memanggil senjata paling dahsyat, Brahmastra kepada seorang brahmana sakti bernama Parasurama, ia justru dikutuk gurunya sendiri tidak dapat mengingat mantra pemanggil Brahmastra pada saat dibutuhkan. Selain itu ketika tidak sengaja membunuh seekor sapi, ia dikutuk brahmana pemilik sapi bahwa ketika ia sedang berperang kereta kudanya akan terperosok ke dalam lumpur.
Sewaktu tegal Kurusetra riuh ramai karena peperangan antara pandawa dan kurawa, diceritakan Karna bertemu dengan para pandawa (kecuali Arjuna), mengalahkan mereka, dan sebenarnya mampu untuk menghabisi mereka. Namun ia mengurungkan niatnya karena teringat akan janjinya pada Dewi Kunti, ibunya. Ia lebih memilih bertanding dengan Arjuna.
Tatkala melihat pasukan Kurawa diporak-porandakan oleh serangan Ghatotkaca, putra Bimasena, Karna terpaksa menggunakan senjata sakti pemberian Indra untuk membunuhnya. Karena senjata itu hanya bisa dipakai sekali saja, praktis untuk pertarungan selanjutnya Karna bertarung tanpa senjata pamungkas dan anting serta baju besinya yang tidak tembus senjata. Karna hanya mengandalkan kemampuan dan keahliannya ketika melawan Arjuna nanti.
Perang tanding antara Karna dan Arjuna akhirnya terwujud juga dan berlangsung dengan seru. Karna bermain cerdik. Ia memanah dada Arjuna yang membuat Arjuna lumpuh sejenak. Ketika Arjuna belum pulih dari serangan itu, Karna mengarahkan panahnya ke arah kepala Arjuna untuk membunuhnya. Krisna yang bertindak selaku sais menyelamatkan Arjuna dengan memutar dan menekan kereta sehingga amblas ke tanah beberapa senti. Panah Karna pun meleset dari kepala Arjuna.
Dalam cerita yang lain, ketika Karna sudah tepat membidik kepala Arjuna dengan panahnya, Prabu Salya yang menjadi sais kereta Karna menghentakkan tali kekang yang membuat kuda penarik kereta tersentak. Panah yang sejatinya membunuh Arjuna meleset dan hanya mengenai rambutnya saja. Tindakan Prabu Salya ini dapat dimengerti karena meskipun raganya berada di pihak Kurawa namun hatinya tetap bersemayam bersama Pandawa. Tapi setidaknya kejadian di atas banyak dipercaya sebagai bukti superioritas Karna atas adiknya, terutama dalam hal keahlian dan kemampuan.
Kematian Karna di tangan Arjuna juga tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa Arjuna jauh lebih hebat dibandingkan dengan Karna. Di tengah pertempuran, kutukan yang mengiringi tiap gerak-gerik Karna terjadi. Keretanya terperosok ke dalam lumpur, dan di saat itu pula ia lupa mantra pemanggil Brahmastra. Sehingga Arjuna dapat dengan mudah menaklukannya. Bahkan ketika sekarat, ia masih sempat-sempatnya menyedekahkan gigi emasnya pada Krisna yang menyamar menjadi seorang pertapa.
Banyak orang berpendapat, alasan Bhisma tidak mengizinkan Karna berperang bersamanya ketika ia menjadi Senapati adalah karena rasa cintanya pada Pandawa. Jika Bhisma dan Karna bersama-sama muncul di medan pertempuran, Pandawa tidak akan mungkin memenangkan Baratayudha. Saat itu Bhisma berdalih Karna berasal dari kasta yang lebih rendah dan terlalu bersikap angkuh.
Dalam suatu kesempatan, kereta Arjuna terpental beberapa meter oleh panah Karna. Krisna memuji kemampuan Karna akan hal ini. Arjuna yang panahnya berhasil mementalkan kereta Karna berpuluh-puluh meter merasa heran dengan pujian Krisna dan meminta penjelasan. Krisna menjawab, "Aku yang memiliki berat seluruh semesta duduk disini dan kereta ini juga dilindungi oleh Hanoman (kereta Arjuna berbendera Hanoman). Kalau kau hanya sendiri disini, tentu kereta ini akan terpental mengelilingi bumi." (Diolah dari pelbagai sumber)
*Artikel tersebut disalin dari Catatan Facebook Riki Andi Saputro: Beberapa Bukti Tentang Superioritas Karna Atas Arjuna (22 Juli 2011 Pukul 19:12)
**Gambar diolah dari gambar ini.
**Gambar diolah dari gambar ini.
3 komentar:
Bismillahirrohmanirrohim.
@Johnny Wirjosandjojo Alhamdulillah.
[im]http://4.bp.blogspot.com/-qwAhiTqbiJo/ThYO_GwIG7I/AAAAAAAAADE/M73fwkIKGbI/s1600/linkexchangejohnnywirjosandjojo.png[/im]